Bersekutu, Berkarya dan Bersaksi...

SEKAPUR SIRIH

Bergumul dengan perkuliahan, bergaul_berteman_bahkan bertemaan kemudian mewarnai suka-duka perjalanan persekutuan ini, tidak heran egoisme pribadi dan kelompok-kelompok kecil muncul pada waktunya membumbui perjalanan kebersamaan ini. Namun yang mesti terus dibanggakan adalah persekutuan Giafidrisa tetap menjadi labuan yang mendamaikan.
Berawal dengan delapan puluh empat orang yang merintis perjuangan di kampus Talake_:“Asnath Pessireron, Agustina Tetelepta, Ronald Mariolkosu, Yakobis Wattimena, Reinaldo Lessil, Yangky Ririhena, Zadrak Rumahrewane, Maya Ayawaila, Christine Manoppo, Marlen Tuatanase, Monita Ferdinandus (almh)_Delvi Peletimu (almh)_Bpk. Johanes Passanea (alm), Pdt. Yance Selanno, Pdt. Yandri Loupatty, Pdt. Josina Toisutta, Josep Hehanusa, Sherly Latuihamalo, Caroline Pattiasina, Florence Letlora, Wessly Johanes, Christin Soparue, Philipus Malisngorar, Hobertina Picarima, Ellen Songyanan, Shopia Lanit, Maria Nahuway, Metha Pelamonia, Dolfina Reawaru, Rosaly Wattimena, Ritha Raubun, Herlin Matulessy, Titi Palijama, Henderina Simatauw, Theodora Sutiray, Mercy Siahaya, Yohana Makulua, Sherlyn Mairuhu, Yola Tomasoa, Jonathan Supusepa, Yance Yadera, Adriana Rentua, Lolitha Siahaya, Heni Payung, Novi Kadmaer, Jems Seay, Shintia Wattimena, Mei Taluta, Elyus Kunda, Rivano Munster, Yuliana Lesiasel, Efi Thenu, Meiske Peea, Ellen Malisngorar, Grace Watilete, Robert Lawalata, Neltje Wairata, Novi Manuhutu, Maria Hukubun, Marselin Amanupunyo, Vemmy Wattimury, Itje Patty, Decky Mailopuw, Desy de Queljoe, Vera Mantulameten, Martha Latumahina, Shinta Gabriel Barend, Maria Udiata, Heinard Talarima, Inneke Leuwol, Laura Pattinama, Betty Ester, Sanny Metekohy, Roynaldo Mairima, Debby Patty, Vicktor Patty, SilciyofaTapilatu, Markus Mukudjey, Agusno Sahureka, Carel Passul, Jemmy Lohy, James Bernard, Mira Manuputty, Paul Porsisa”- dengan satu tekad berhasil dan menjadi seorang pelayan (pendeta), namun kenyataan nampak beda, karena ada yang memilih jalan lain dan yang tetap bertahan hanyalah setengah dari jumlah personil Giafidrisa hingga memperoleh gelar kesarjanaan.
Pergumulan keutuhan persekutuan ini harus merelakan juga keinginan dari beberapa rekan yang memilih merintis jalan menjadi pelayan di luar wilayah GPM. Namun ada juga yang memilih untuk berkarya sebagai PNS, Wiraswasta, POLRI, dll. Serta ada yang tetap memilih untuk menjadi Pelayan di Wilayah GPM, yang sampai pada saat ini sementara berproses sebagai calon-calon Pelayan, inilah Giafidrisa yang masih tetap berkarya untuk membangun persekutuan ini walau tidak utuh seperti ketika persekutuan ini mulai terbentuk, karena kami sadar kalau bukan katong sapa lai yang mau bangun persekutuan ini. Kalau bukan sakarang apa tempo lai.
Dalam sejarah perjalanannya Giafidrisa telah di pimpin oleh Pengurus Angkatan, dan tercatat ada 6 (enam) perangkat kepengurusan yang terbentuk, antara lain:
a. Tahun 2001/2002
Dalam periode ini Giafidrisa dipimpin oleh Joseph Hehanussa – Neltje Wairatta. Tahun ini adalah tahun-tahun awal Giafidrisa merajut kasih dalam persekutuan. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah Perayaan Natal bersama pengungsi Jemaat GPM Bethabara di Gedung SKB Belakang Soya.
b. Tahun 2002/2003
Masa ini dipimpin oleh Elyus Kunda – Efi Thenu. Pada periode ini persekutuan Giafidrisa tetap solid walau harus kehilangan beberapa personilnya, adapun kegiatan yang pernah dilaksanakan adalah Reat-ret di Pantai Namalatu, Latuhalat.
c. Tahun 2003/2004
Masa ini dipimpin oleh Robert Lawalata – Ritha Raubun. Kegiatan yang pernah dilakukan adalah; Reat-ret di CafĂ© Jacko, Suli.
d. Tahun 2004/2005
Masa ini dipimpin oleh James Bernard – Ellen Malisngorar. Pada masa ini ada beberapa teman yang sementara menunaikan tugas LSPB/Live In, di Kamal dan Wahai. Kegiatan yang pernah dilaksanakan adalah Reat-ret di Airlouw-Taman Pondok Daun.
e. Tahun 2005/2006
Masa ini dipimpin oleh Theodora Sutiray – Vemmy Wattimury. Pada periode ini salah satu kegiatan besar yang pernah dilaksanakan adalah Reat-ret di Jemaat GPM Haria, Saparua_Taman Wisata Pantai Batu Pintu.
Setelah masa ini, roda kepemimpinan di Giafidrisa mengalami kefakuman akibat kesibukan dan berakhirnya masa studi personelnya yang berdampak pada kurang intensnya pertemuan di kalangan Persekutuan, barulah pada tahun 2009 hingga sekarang kembali aktif.
f. Tahun 2009 - saat ini
Masa ini di pimpin oleh Heinard Talarima, Maria Hukubun dan Efi Thenu. Pada periode ini persekutuan Giafidrisa kembali bangkit dari tidurnya, dan berkarya lewat kegiatan-kegiatan bermakna seperti; Santa Clause di Saparua (Jemaat Itawaka, Sirisori Sarani, Ulat, & Haria), Pelatihan bersama Pengasuh Jemaat GPM Tanah Nahu di Seram, Kunjungan ke Panti Asuhan Leleani di Latuhalat. Pada periode ini pula Giafidrisa membina persekutuan yang lebih kuat lagi untuk terus berkarya guna menyiapkan para personelnya untuk turun dalam medan gumul GPM (Vikaris tahun 2011).

Tanpa terasa 10 tahun sudah GIAFIDRISA telah terbentuk dan berkarya bagi persekutuannya, masyarakat dan jemaat-jemaat di GPM. Kini saatnya pengabdian untuk menjadi saksi-saksi Kristus lewat pelayanan bergereja, akan menjadi tanggung jawab perorangan sebagai Vikaris dan Pendeta, yang akan di aktakan dalam medan pelayanan di jemaat masing-masing.
Meskipun demikian, Giafidrisa tetap bertekad untuk eksis membangun persekutuan sampai kapan pun, sebab lewat persekutuan inilah kami di bentuk, di bina, untuk berkarya dan bersaksi bagi kemuliaan Nama Tuhan Yesus.

GIAFIDRISA: Bersekutu, Berkarya dan Bersaksi; adalah judul Buku ini, sebagai sebuah jawaban atas gumulan persekutuan yang telah terjalin selama ini. Harapan besar, kiranya akan bermanfaat bagi setiap personel / anggota Giafidrisa maupun pihak-pihak lainnya yang tertarik untuk membaca buku ini.
Buku ini merupakan kumpulan materi-materi Diskusi/Sharing dalam setiap Ibadah-Ibadah Angkatan periode tahun 2009-2011, tulisan-tulisan ilmiah dari beberapa rekan-rekan / adik-adik terkasih, Refleksi / Renungan hasil tulisan anggota, dll.

Akhir kata kami mempersembahkan buku ini bagi semua teman-teman GIAFIDRISA, baik yang berada di Ambon, Papua dan dimana saja. Dalam terang Motto “ Sama Rasa, Sama Rata, dan Hasilnya di Nikmati Bersama-sama”, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi teman-teman persekutuan Giafidrisa yang tetap eksis membangun persekutuan ini, dan yang telah menghasilkan karya-karya bermakna bagi Persekutuan Giafidrisa. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga Buku ini boleh di buat dan di terbitkan. Tuhan Yesus senantiasa menyertai seluruh Tugas dan Pengabdian kita bersama.



Ambon, Medio Juli 2011
Hormat kami,


GIAFIDRISA