Bersekutu, Berkarya dan Bersaksi...

CALVINISME yang dianut GPM

Sekilas tentang Johannes Calvin

Awal Kemunculannya
Calvinis adalah nama yang dikenakan pada gereja-gereja penganut ajaran Johannes Calvin, sang Reformator Gereja. Sulit ditentukan dengan pasti kapan awal kemunculan aliran Calvinis ini. Sebab hingga aliran ini diberi nama Calvinis, prosesnya cukup panjang dan rumit pula. Jika kita mengacu pada “pembakuan” ajaran Calvin, tahun 1536 dapat disebut sebagai awal kemunculan aliran Calvinis. Sebab pada tahun tersebut muncul suatu karya besar dari Calvin sendiri yang berjudul Relegious Christianae Institutio, disingkat Institutio. Kitab inilah yang di kemudian hari menjadi ciri dan sekaligus pusat teologi Calvinis. Tetapi jika kita mengacu pada kelembagaan/organisasi, tahun 1559 dapat disebut pula sebagai awal kemunculan aliran Calvinis. Sebab pada tahun tersebut Sidang Sinode pertama para pengikut Calvin diadakan di Perancis. Aliran Calvinis ini pertama kali bertumbuh dan berkembang di Swiss dan Perancis. Tetapi perkembangan pesat aliran ini justru terjadi di Belanda. Perlu dicatat bahwa berbeda dengan Gereja Lutheran, tidak ada satu pun gereja pengikut Calvin yang menamakan dirinya Gereja Calvinis. Pada umumnya mereka menamakan diri Gereja Reformed. Ada pula yang menamakan diri Gereja Presbyterian, dan ada pula yang menamakan diri Gereja Congregational.

Pokok-pokok Penting Ajarannya
- Kedaulatan dan Kemuliaan Allah. Pokok ajaran/teologi Calvin adalah Kedaulatan dan Kemuliaan Allah. Kedaulatan Allah terutama tampak dalam perkara penciptaan dan keselamatan. Sedangkan mengenai Kemuliaan Allah, Calvin menegaskan bahwa Allah menciptakan dunia dan manusia demi untuk kemuliaanNya. Karena itu segala yang terjadi di dunia ini dan segala yang dikerjakan manusia mestinya bertujuan memuliakan Dia.
- Alkitab. Calvin sangat menekankan otoritas Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran gereja yang benar (sola scriptura). Selanjutnya, ia memberi penekanan khusus pada aspek pedagogis (juga kognitif) dari Alkitab, dan ini sangat tercermin dalam karya utamanya Institutio. Menurut Calvin, yang harus dicari dalam Alkitab adalah pengetahuan tentang Allah, dan pengetahuan itu hanya dapat ditemukan di dalam Yesus Kristus. Kristus-lah kunci memahami Alkitab, baik Perjanjian Lama yang mengandung banyak janji tentang Dia, maupun Perjanjian Baru yang mengemukakan penggenapan janji-janji itu. Dalam kerangka itu, maka membaca dan memahami Alkitab secara harafiah saja tidak cukup, melainkan harus diselidiki sedalam-dalamnya, sambil mengingat bahwa penelitian itu harus berpusat pada Kristus yang adalah pusat Alkitab.
- Keselamatan. Calvin sangat menekankan keyakinan bahwa keselamatan diperoleh hanya karena kasih karunia melalui iman (sola gratia dan sola fide). Selanjutnya, Calvin mengembangkan ajaran tentang keselamatan ini dalam suatu wawasan yang dikenal dengan istilah “predestinasi.” Secara sederhana predestinasi berarti bahwa jumlah dan jati diri dari orang-orang yang terpilih, yakni mereka yang diselamatkan sudah ditetapkan Allah yang berdaulat sebelum dunia diciptakan. Tentang hal ini muncul berbagai tanggapan. Perhatikanlah bagaimana Jacobus Arminius menanggapi wawasan “predestinasi” Calvin dan perbedaan antara keduanya :
Calvinisme dan Arminianisme adalah dua sistim teologi yang berupaya menjelaskan hubungan antara kedaulatan Tuhan dan tanggung jawab manusia dalam kaitannya dengan keselamatan. Calvinisme dinamai menurut John Calvin, teolog Perancis yang hidup dari tahun 1509 – 1564. Arminianisme dinamai menurut Jacobus Arminius, teolog Belanda yang hidup dari tahun 1560 – 1609.
 Calvinisme berpegang pada kejatuhan total sementara Arminianisme berpegang pada kejatuhan sebagian. Kejatuhan total mengatakan bahwa semua aspek kemanusiaan sudah dikotori oleh dosa, karena itu manusia tidak dapat datang kepada Tuhan dengan kemauannya sendiri. Kejatuhan sebagian mengatakan bahwa setiap aspek kemanusiaan dikotori oleh dosa, tapi tidak sampai pada taraf di mana manusia tidak dapat beriman pada Tuhan dengan kehendaknya sendiri
 Calvinisme berpegang pada pemilihan yang tanpa syarat sementara Arminianisme berpegang pada pemilihan bersyarat. Pemilihan tanpa syarat percaya bahwa Allah memilih orang-orang yang diselamatkan berdasarkan kehendakNya semata-mata, bukan berdasarkan apa yang ada pada individu-individu. Pemilihan bersyarat percaya bahwa Allah memilih invididu-individu untuk diselamatkan berdasarkan pengetahuan Allah mengenai siapa yang akan menerima Yesus sebagai Juruselamat.
 Calvinisme berpegang pada penebusan yang terbatas sementara Arminianisme percaya pada penebusan yang tidak terbatas. (Dari ke lima poin, ini adalah yang paling kontroversial). Penebusan terbatas adalah kepercayaan bahwa kematian Yesus hanyalah bagi umat pilihan. Penebusan tak terbatas percaya bahwa Yesus mati bagi semua orang, namun kematiannya tidak akan efektif sampai orang yang bersangkutan percaya
 Calvinisme berpegang pada anugrah yang tak dapat ditolak sementara Arminianisme berpegang pada anugrah yang dapat ditolak. Anugrah yang tidak dapat ditolak mengatakan bahwa ketika Tuhan memanggil orang untuk diselamatkan, pada akhirnya orang tsb akan datang kepada keselamatan. Anugrah yang dapat ditolak mengatakan bahwa Tuhan memanggil semua orang kepada keselamatan, namun banyak orang bersikeras dan menolak panggilan ini.
 Calvisnisme berpegang pada ketekunan orang-orang kudus, sementara Arminianisme berpegang pada keselamatan yang bersyarat. Ketekunan orang-orang kudus merujuk pada konsep bahwa seseorang yang telah dipilih Allah akan bertahan dalam imannya dan tidak akan pernah menolak Kristus atau berbalik daripadaNya. Keselamatan yang bersyarat adalah pandangan bahwa seseorang yang percaya pada Kristus, dapat, dengan kehendak bebasnya, berbalik dari Kristus dan karena itu kehilangan keselamatan.
(Catatan : Ada orang-orang Calvinis lima poin dan Arminian lima poin, dan pada saat yang sama ada orang-orang tiga poin Calvinis dan dua poin Arminian. Banyak orang percaya yang percaya pada semacam perpaduan antara kedua pandangan tersebut.)
- Hakikat Gereja. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang telah diselamatkan di dalam Yesus telah dibenarkan kendati tetap merupakan manusia berdosa, yang kesemuanya disambut dan diterima manusia melalui iman. Gereja adalah tempat yang bisa ditemukan di mana saja, asalkan di sana Firman atau injil yang murni diberitakan dan sakramen yang murni dilayankan (Baptisan dan Perjamuan Kudus).
- Tata Gereja dan Jabatan. Menurut Calvin, di dalam gereja ada empat jabatan, yakni: gembala/pendeta, pengajar, penatua, dan syamas/diaken. Khusus mengenai “pengajar”, jabatan ini mencakup semua fungsionaris gereja yang terlibat dalam tugas pengajaran yang berhubungan dengan iman kristiani, mulai dari guru agama (di sekolah), guru katekisasi, sampai dengan dosen-dosen teologi. Sedangkan mengenai Tata Gereja, gereja-gereja beraliran Calvinis pada umumnya menganut sistem Presbyterial-Synodal. Sistem ini disebut Presbyterial-Synodal oleh karena semua keputusan jemaat diambil pada tingkat presbyterium (majelis para penatua, termasuk pendeta sebagai presbyter yang berkhotbah dan mengajar), sedangkan perkara-perkara yang menyangkut kepentingan seluruh gereja diputuskan pada tingkat sinode, yang dalam hal ini diwakili oleh wakil-wakil presbyterium dari setiap jemaat.
- Disiplin Gereja. Disiplin gereja yang disusun Calvin pertama-tama dimaksudkan untuk diberlakukan di Jenewa. Belum terpikirkan olehnya untuk menyusun disiplin bagi gereja sedunia. Disiplin gereja yang disusun Calvin bertujuan untuk menjaga kesucian gereja. Jadi, kesucian gereja, bagi Calvin, tidak terletak pada manusianya, melainkan pada Allah yang menetapkan kehadiran gereja itu dan mengaruniakan pengampunan dan keselamatan melalui gerejaNya. Di samping itu, disiplin gereja juga bertujuan untuk melindungi orang-orang baik di dalam gereja, supaya akhlak mereka tidak dirusak oleh pergaulan dengan orang-orang jahat; di lain pihak orang-orang jahat itu harus didorong untuk bertobat, melalui teguran dan hukuman. Disiplin gereja berkaitan erat dengan pengudusan (sanctificatio) dan pembenaran orang berdosa (justificatio) oleh Allah yang harus dijawab dengan kehidupan yang penuh ketaatan pada kehendak Allah sebagai ungkapan syukur atas kasih karunia yang telah diberiNya. Tentang penegakan disiplin gereja ini dipercayakan kepada majelis jemaat sebagai kesatuan.
- Tata Ibadah. Bagi Calvin, tata ibadah bukan hanya merupakan soal praktis dan incidental, yang bisa disusun dan diselenggarakan menurut selera dan suasana sesaat (seperti yang sering terjadi di berbagai gereja termasuk yang mengaku Calvinis). Baginya, ibadah dan tata ibadah merupakan satu kesatuan dengan pokok-pokok ajaran mendasar yang telah diulas sebelumnya. Ibadah dalam gereja-gereja Calvinis berpusat pada pemberitaan Firman (khotbah) dan perayaan Perjamuan Kudus.
Khotbah. Menurut Calvin idealnya khotbah merupakan kombinasi dari uraian isi Alkitab dan penjelasan pokok-pokok pemahaman iman atau ajaran gereja tentang kebenaran yang dianut gereja. Dengan begitu maka khotbah juga mempunyai fungsi pengajaran.
Nyanyian. Selama berabad-abad nyanyian hanya terbatas pada Mazmur, karena menurut Calvin Mazmur adalah nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah karena terdapat dalam Alkitab dan dengan demikian merupakan ciptaan Roh Kudus. Ada macam-macam versi nyanyian Mazmur yang diciptakan di lingkungan gereja-gereja Calvinis. Sekarang ini sudah banyak nyanyian-nyanyian gereja yang baru yang disusun oleh gereja-gereja setempat.
Baptisan. Baptisan yang dilayankan dalam ibadah jemaat mengikuti tradisi dari abad-abad pertama yang memberlakukan baptisan anak atau bayi. Baptisan merupakan tanda pengampunan dan hidup baru. Baptisan menandakan bahwa manusia telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan sekaligus merupakan tanda bahwa mereka yang dibaptis telah masuk ke dalam persekutuan gereja (keanggotaan gereja). Menurut Calvin, baptisan bukan syarat memperoleh keselamatan, melainkan materai yang menandakan bahwa seseorang telah memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan pada salib Kristus. Pengampunan itu telah dikaruniakan Allah pada manusia sebelum dilahirkan, sehingga tidak ditentukan oleh Baptisan.
Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus adalah tanda yang ditetapkan Allah melalui anakNya Yesus Kristus, supaya melalui roti dan anggur itu orang-orang beriman dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus. Kerena kelemahan manusia, maka tanda itu mutlak ditambahkan kepada firman yang diberitakan, karena persatuan dengan Kristus hanya dapat dimengerti orang percaya kalau diperagakan dalam upacara makan roti dan minum anggur. Jadi menurut Calvin, Perjamuan Kudus lebih daripada sekadar peringatan kematian Kristus di kayu salib. Perjamuan Kudus menambahkan sesuatu kepada iman orang percaya dan kepada apa yang disampaikan dalam pemberitaan Firman. Tentang cara kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus, Calvin menolak paham transsubstansiasi dari GKR bahwa pada saat rumusan perjamuan diucapkan imam maka roti dan anggur seketika berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Bagi Calvin, kehadiran Kristus dalam perjamuan itu hanyalah secara rohani dan dipahami dalam iman. Ketika Perjamuan Kudus dilayankan, tubuh Kristus tetap berada di surga, tetapi Roh-Nya memenuhi roti dan anggur sehingga peserta perjamuan yang beriman menerima Kristus secara rohani. Pemahaman Calvin atas Perjamuan Kudus ini berdampak pada pemahamannya tentang kehadiran Kristus. Calvin memahami bahwa Kristus tdak hanya hadir di alam sacramental dan di dalam ibadah gereja, melainkan hadir di dunia nyata, di dalam segala segi dan bidang kehidupan manusia. Dengan kata lain, manusia harus hidup dan berkarya di dunia nyata, dunia yang sekular.

- Gereja dan Dunia serta Hubungan Gereja dengan Negara. Calvin memandang dunia dan seluruh bidang kehidupan di dalamnya sebagai theatron gloria Dei (panggung kemuliaan Allah). Oleh karena itu, pandangan ini menjadi daya dorong yang kuat bagi keterlibatan orang percaya dalam dunia sekular, di bidangnya masing-masing dan karena itu berkonsekuensi pada pertumbuhan ekonomi di kalangan orang-orang Protestan Eropa Barat pada abad-abad ke-16 dan seterusnya. Tentang hubungan gereja dengan Negara, Calvin mengaskan bahwa gereja dan negara adalah alat di tangan Tuhan, sesuai dengan wawasan dua pedang dan cita-cita teokrasi. Menurut Calvin, Allah menjadi penguasa tertinggi, baik di dalam gereja maupun negara. Selanjutnya, Tuhan Allah memberi ‘pedang’ yang satu kepada gereja (pedang rohani) dan lainnya kepada negara (pedang jasmani). Keduanya berdampingan, sama-sama bertugas melaksanakan kehendak Allah dan mempertahankan kehormatan-Nya. Namun secara asasi, pemerintah negara tidak boleh mencampuri urusan-urusan gereja, termasuk dalam hal organisasi, peribadahan, upacara-upacara dan penetapan jabatan gerejawi.