Bersekutu, Berkarya dan Bersaksi...

PENDAMPINGAN PASTORAL KEPADA ORANG DUKA

I. Realitas
Duka (dead) adalah sikap atau reaksi kita terhadap kematian dari orang-orang yang kita cintai. Hal ini mengindikasikan bahwa jelas duka bukanlah peristiwa atau kejadian abadi yang terus menerus berlangsung tanpa akhir, namun akan berakhir tetapi membutuhkan waktu dan proses.
Kenyataan yang dihadapi selama ini ketika ada orang yang meninggal dunia yang sering sekali dilakukan adalah :
• Sebelum pemakaman : Perkunjungan, Malam penghiburan
• Acara pemakaman : Ibadah di rumah duka, Ibadah di tempat pemakaman, Ibadah syukur .
Sayangnya tahapan-tahapan ini belum sepenuhnya menjawab kedukaan yang dialami oleh orang-orang yang mengalami kehilangan suami-istri, ayah-ibu, anak-cucu, sanak saudara dan sahabat yang mereka cintai, sehingga pada gilirannya muncul dampak atau reaksi duka di dalam diri orang yang mengalami kedukaan itu.
Sikap atau tingka laku yang sering sekali ditonjolkan oleh orang yang berduka yaitu mereka bersikap Pasif (baca: menyerah, karena mereka lihat sebagai kejadian yang dikehendaki Allah), Angresif (baca: mengeluh, memberontak, memprotes karena tidak dapat menerima kematian), Depresi (baca: tertekan karena mereka tidak mampu menggung beban penderitaan)
II MODEL PENDAMPINGAN
Tokoh bernama H. Norman Wright, mengemukakan bahwa pada dasarnya hidup merupakan babakan krisis. Maka Wright menjelaskan delapan langkah tentang proses memberikan pertolongan kepada orang yang mengalami masalah antara lain:
1. Intervensi segera
2. Aksi
3. Menghindari kata strophe
4. Membantu menciptakan harapan bagi orang yang mengalami krisis
5. Memberikan dukungan
6. Fokus dalam pemecahan masalah
7. Membangun rasa menghargai diri sendiri
8. menanamkan kepercayaan diri sendiri

Dari delapan langkah di atas, maka penting sekali peranan pastor dalam melakukan pelayanan kepada orang-orang yang mengalami duka dan menemukan model pengembalaan dukayang, dengan demikian yang harus dilakukan oleh pastor adalah :
1. Menciptakan situasi, dimana orang yang berduka dapat menerima baik secara rasional maupun secara emosional. Dalam pertemuan ini pastor cukup memberikan kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan perasaan-perasaan atau emosi-emosi yang ditimbulkan oleh duka tersebut, pastor dengan bijaksana harus berusaha supaya orang yang mengalami duka itu dengan bebas mau mengungkapkan isi hati kepada pastor.
2. Menciptakan situasi, dimana orang duka dapat mencernakan perasaan-perasaan atau emosi-emosi yang problematis. Dengan demikian perasaan-perasaan atau emosi-emosi tidak boleh dielakan tetapi sebaliknya ia harus berusaha mencernakan hal tersebut. Hal itu tidak mudah ia membutuhkan bantuan, karena itu tugas pastor adalah dengan menciptakan “RUANG” (kesempatan) baginya dan menstimulirkannya untuk lebih dalam memasuki (membicarakan) perasaan-perasaan atau emosi-emosi tersebut.
3. Menciptakan suatu situasi, dimana orang duka belajar hidup dan situasi hidupnya yang baru sebagai suatu tugas. Tugas pastor adalah membantunya supaya ia menyadari dan menerima perasaan-perasaan atau emosi-emosi. Dan pastor harus sebagai patner dengan orang yang mengalami duka.
4. Dengan demikian pastor sudah dapat melihat pelayanan apa yang harus diberikan kepada orang yang mengalami duka dan bagaimana cara pelayanan itu diberikan.
5. Pelayanan yang dilakukan oleh pastor kepada orang duka adalah kekunjungan dan percakapan. Percakapan disini bukan yang biasa saja. Percakapan tentang kesehatannya, tentang rumah tangganya, pekerjaannya dll.
6. Percakapan mereka mempunyai maksud dan tujuan yang tertentu yakni membantu orang yang berduka itu supaya dapat menunaikan tugasnya dalam proses kedukaan. Percakapan yang demikian dalalm percakapan pastoral disebut percakapan yang membantu. Dalam percakapan tersebut pastor berusaha membantu orang yang mengalami duka supaya ia mencurahkan isi hatinya dan lebih alam memasuki dan “menggumulinya” situasinya. Sebagai dasar dari pastor adalah “MENGERTI” maksudnya adalah pastor dapat membantu tapi kalau tidak mengerti juga sulit. Mengerti bukan sekedar mengerti orang yang mengalami duka tetapi mengerti adalah mengerti secara dalam apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang mengalami duka. Mengerti dunia pikiran dan perasaan dari orang yang mengalami duka, mengerti dalam visi orang itu sendiri dan berusaha menyatakan pengertian itu bukan saja dengan perkataan tetapi juga dengan perbuatan sikapnya. Maka syarat yang harus dipenuhi oleh pastor dalam pelayanan tersebut adalah : Perhatian, Empati, Mendengarkan.

III BAHAN-BAHAN PENUNJANG DALAM PENDAMPINGAN ORANG DUKA
1. Bahan Alkitab yang dapat dipakai pada saat
Kematian : 1 Raja-raja, 19:4 ; Ayub, 30:23,24 ; Yesaya, 43:1,2 ; Lukas, 2:29 ; Yohanes, 11:25-27 ; Filipi, 1:21,23 ; Roma, 14:8 ; Ibrani, 4:9-11 ; Wahyu, 14:13 & 21:4
Pahitnya Kematian : Kejadian, 2:17 & 3:19 ; 1Samuel, 20:3 ; 2Samuel, 12:18-23 ; Mazmur, 55:5; 90:7 & 104:29 ; Pekhotba, 12:7 ; Yehezkel, 18:4 ; Yohanes, 8:24 ; Roma, 5:12,14; 6:23; 7:24; 1Korintus, 15:56 ; Ibrani, 2:15 ; Yakobus, 1:15
Kemenangan atas Kematian : 1Raja-raja, 2:2 ; Ayub, 19:25-27 ; Mazmur, 23 & 126:5 ; Lukas, 2:29 ; Yohanes, 11:16,25 ; Kisah para rasul, 7:58 ; Roma, 5:21 & 8:11 ; 1Korintus, 15:26 & 55-57 ; Filipi, 1:23 ; 2Timotius, 1:10 & 2:11 ; Ibrani, 2:14 ; Wahyu, 7:13-17;14:13 & 21:4
2. Lagu-lagu Pujian
Kidung Jemaat No : 30, 438, 439, 440, 396, 332, 402, 417, 144
Pelengkap Kidung Jemaat No : 285, 46, 125, 127,164, 201
Dua Sahabat Lama No : 3, 4, 15, 38, 98
3. Catatan Kritis
- Pastoral selama ini hamper sebagian besar dilakukan oleh pastor, namun ada baiknya jika pastor (Pendeta) juga melibatkan pelayan-pelayan lainnya (Majelis jemaat, Koordinator Unit) dalam kaitan pelayanan pastoral dalam jemaat.
- kekunjungan pastoral dalam rangka memberikan penghiburan bagi keluarga berduka pasca pemakaman baiknya melibatkan jemaat.
- Dalam proses pendampingan pastoral terhadap (manula atau orang sakit), keluarga perlu dilibatkan, sebab pendampingan ini bersifat dua arah yakni untuk memberikan penguatan bagi konseli tetapi juga bagi keluarganya yang mendampingginya tiap waktu
- Pelayanan pastoral bagi orang berduka pasca pemakaman di GPM selama ini lebih terbatas hanya saat ibadah pengucapan syukur atau ibadah malam ke tiga. Setelah itu pendampingan pastoral jarang dilakukan, karena itu perlu adanya perubahan.
- Setiap pelayan yang melakukan pastoral (Pastor) harus menjaga rahasia.
- Majelis jemaat dan Koordinator Unit sebaiknya sebelum melakukan kegiatan pastoral harus dibekali dengan pemahaman pastoralia.