Bersekutu, Berkarya dan Bersaksi...

Mengapa Perlu Ibadah/Liturgi Yang Kreatif ?

Ibadah yang kreatif seharusnya menjadi karya yang berkualitas, yang terbaik kita berikan kepada Allah dan membangun kita sebagai umat-Nya. Ibadah yang kreatif adalah ibadah yang Utuh, memiliki struktur liturgy yang utuh yaitu: Komunikasi antara Allah dan manusia (dialogis: Anabatis-Katabatis) Anabatis : Allah menawarkan kasih kepada manusia, Katabatis : Tanggapan manusia atas karya Allah, Pengenangan sebagai perayaan kehadiran karya keselamatan Allah di dalam Kristus (anamnesis) Seruan permohonan bagi turunnya Roh Kudus (eplikesis) Menghadirkan kehadiran Kristus yang dilambangkan dalam ruang, benda dan aktivitas ibadah (simbolis) Kontekstual, berkarya sesuai dengan situasi dan kondisi untuk lebih membangun umat. Sesuai tahun liturgi, sejalan dengan siklus perayaan liturgi setiap tahunnya dari masa adven – natal – epifania – pra paskah – paskah – kenaikan Tuhan Yesus – Pentakosta – minggu biasa Siklus tahun liturgi telah dibuat gereja dengan menggunakan sistem yang telah ada dalam budaya masyarakat yakni sistem bulan dan matahari. Masa raya ini diatur sedemikian rupa agar jemaat dapat merayakan, memahami dan mengenang karya agung Allah secara utuh dalam satu tahun. Tematik, memiliki tema setiap minggu yang menjadi fokus dalam pembinaan umat. Ke empat hal di atas merupakan hal yang seharusnya ada dalam ibadah, bisa tersurat maupun tersirat dalam perayaan kita. Sedangkan tata ibadah memuat susunan unsur-unsur liturgi yang kita lakukan bersama. Tata ibadah disusun supaya ibadah itu tertib, teratur dan khidmat. Tata ibadah sendiri bukanlah tujuan, melainkan alat untuk melayani Tuhan dalam perayaan kita. Semua itu dapat dibuat sekreatif, seindah, semenarik mungkin namun juga maknawi, sebagai abodah kepada Tuhan. Tiada yang lebih indah dari segalanya selain membuat karya yang terbaik sebagai ungkapan syukur kepada Sumber Kehidupan selamat melayani Tuhan.

Cara Pengerjaan Liturgi Kreatif
Setiap liturgi pada dirinya telah kreatif. Karena sesungguhnya disusun dari realitas hidup masyarakat/umat yang riil. Yang diperlukan sesungguhnya adalah kreatifitas liturgi. Terkait dengan itu, inti liturgi adalah pemberitaan firman, maka kreatifitas liturgi harus dilaksanakan sebagai cara mengimplementasi firman secara nyata dalam ibadah dan kehidupan nyata. Ada korelasi yang jelas antara keduanya. Kreatifitas liturgi itu harus membuat ibadah bersentuhan langsung dengan pergumulan nyata umat. Karena itu mesti dapat mengakomodasi atau mengangkat realitas kehidupan umat secara khusus ke dalam ibadah. Maka setiap unsur liturgi dapat dikreasikan. Prinsipnya adalah isi dari unsur-unsur itu harus benar-benar mewakili atau memuat unsur-unsur pergumulan nyata umat. Kemasan liturgi tidak boleh berbau asing dari kehidupan nyata umat. Kemasannya harus ‘berbau’ umat setempat dan bukan ‘bau asing’. Demikian pun firman yang diberitakan harus benar-benar menjawab pergumulan nyata umat, dan bukan menceritakan sepakterjang sejarah masyarakat Israel Alkitab. Teks Alkitab yang dipakai harus pertama-tama dibaca dari perspektif sosial umat setempat, kemudian ditafsir dengan menggunakan kacamata orang setempat (tafsir sosiologis), lalu seluruh dinamikanya coba diresapi ke dalam dinamika orang-orang setempat pula. Kreatifitas liturgi harus memperhatikan isu pokok yang penting sebagai pokok pergumulan liturgi. Jika ada isu, maka seluruh unsur dan perangkat liturgis dapat dikreasikan sesuai dengan isu itu. Jika itu dilakukan, ibadah dan semua perangkat liturgisnya adalah benar-benar ‘milik kita’.

Beberapa Hal Penting Untuk Membuat Liturgi Kreatif
Berikut ini di sajikan bebrapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat suatu bentuk liturgy yang Kreatif :
1. Siapa peserta Ibadahnya?? Pemuda, SM-TPI, Pelayanan Perempuan/laki-laki?? Berapa jumlahnya?? Hal ini penting untuk menciptakan suasana dialog dalam liturgy dengan membagi peran sehingga semua umat berpartisipasi.
2. Dimana tempat ibadah itu dilaksanakan ? Di luar gedung seperti di pantai, gunung, lapangan, dan sebagainya, atau di dalam gedung. Suatu tempat ibadah yang baik mengandug beberapa unsur :
a. Tempatnya indah, (Beautiful) karena itu kita dapat mempergunakan simbol-simbol liturgi seperti lilin, salib, bunga, dan sebagainya.
b. Tempat ibadah dapat menciptakan suasana oikumenis
c. Tempat ibadah dapat memungkinkan semua peserta ibadah dapat berpartisipasi aktif, hindarilah sikap umat untuk menjadi penonton.
d. Biarlah tema ibadah mempengaruhi suasana ibadah itu.
3. Apa tema dan sub tema ibadah itu ? Natal, syukur HUT, dan sebagainya? Ingatlah bahwa tema setiap perayaan (Ibadah) dapat mempengaruhi suasana ibadah itu sendiri.
4. Musik pendukung apa yang dipergunakan? Musik tradisional / etnis atau musik barat ? hal ini berhubungan dengan pemilihan lagu dan iringannya serta fungsi yang tepat dari setiap musik pengiring.
5. Apakah ada juga musik gerejawi sekunder lainnya yang akan terlibat dalam ibadah itu ? (PS,VG,Solo,Dan lain-lain) hal ini berhubungan dengan fungsi prokantor atau pelayan musik dari PS,DLL.
6. Apakah perlu adanya tim pendukung liturgi? (TPL). Hal ini berhubungan dengan peran symbol liturgi pada akta liturgi tertentu yang dapat dimainkan atau didramatisasi.
7. Buku-buku lagu sebagai sumber nyanyian ibadah juga dipersiapkan.
8. Berapa lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan ibadah itu? Hal ini penting agar waktu yang disediakan dapat dipergunakan sebaik-baiknya, sehingga ibadahnya tidak panjang dan membosankan.
9. Siapa-siapa yang menjadi pelayan ibadah itu?(pelayan I dan pelayan II misalnya). Hal ini berhubungan dengan pembagian perannya.
10. Sesudah itu buatlah kerangka dasar liturgi dengan berpedoman pada 4 unsur penting:
Persiapan dan Menghadap Tuhan
Pelayanan Firman
Respons atas Firman Tuhan
Pengutusan dan Berkat
11. Mengkaji ulang kerangka itu, kalau sudah oke, kerjakan isinya untuk siap dipergunakan!!!!
Demikian hal-hal yang berkaitan dengan litirgi kreatif, kiranya dapat di gunakan untuk menata pelayanan sebagai calon-calon hamba Tuhan ke depa, Tuhan Memberkati kita sekalian.